Senin, 24 Oktober 2016


KERATON KAIBON
Kawasan Banten Lama di Kabupaten Serang memiliki banyak peninggalan bersejarah, salah satunya adalah Keraton Kaibon yang terletak di Kampung Kroya, Kasunyatan, Kecamatan Kasemen. Tempat ini dijadikan sebagai salah satu bangunan cagar budaya Provinsi Banten dengan histori berupa kejayaan Kerajaan Banten Lama.
Tidak semua orang mengetahui bahwa terdapat Keraton Kaibon Banten dalam sejarah Banten. Secara etimologis, nama Kaibon diambil dari kata ‘kaibon’ yang berarti ‘keibuan’. Keraton ini dibangun secara khusus untuk ibu dari Sultan Syaifuddin, yakni Rati Aisyah yang pada saat itu dianggap sebagai pengawas bagi Sultan Syaifuddin yang masih sangat muda dalam memegang tampuk pemerintahan (yakni di usia 5 tahun).
Keraton Kaibon Banten ini mengalami kehancuran di bawah pemerintahan Belanda pada tahun 1832, yakni bersamaan dengan runtuhnya Keraton Surosowan. Hal ini dipicu oleh utusan Gubernur Jenderal Daen Dels yang bernama Du Puy untuk meminta perpanjangan proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan kepada Sultan Syaifuddin. Akan tetapi, Sultan Syaifuddin menolak hal tersebut dan memutuskan untuk memancung kepala Du Puy serta menyerahkannya kepada Gubernur Daen Dels. Melihat hal tersebut, Daen Dels merasa marah dan berniat untuk menghancurkan Keraton Kaibon.
Meskipun begitu, penghancuran yang dilakukan terhadap Keraton Kaibon berbeda dengan hancurnya Keraton Surosowan karena di Keraton Kaibon masih tersisa gerbang dan pintu-pintu besar yang berada di dalam kompleks istana. Hal inilah yang kemudian dijadikan sebagai objek wisata sejarah yang bisa dilihat oleh para pengunjung Keraton Kaibon. Di dalam Keraton ini masih terbentuk pintu berukuran besar khas Bugis yang dinamakan Pintu Paduraksa. Deretan candi khas Banten pun masih terlihat di daerah ini.
Keraton Kaibon ini dibangun dengan menghadap ke barat dan terdapat kanal di bagian depannya. Kanal inilah yang berfungsi sebagai media transportasi yang menghubungkan Keraton Kaibon dengan Keraton Surosowan. Pada bagian depan Keraton, terdapat lima pintu yang bermakna jumlah shalat dalam satu hari. Gerbang tersebut memiliki cirikhas arsitektur Jawa dan Bali sehingga disebut juga gerbang bersayap. Ruang utama Keraton merupakan ruangan kamar tidur Ratu Aisyah yang dibangun dengan menjorok ke tanah dan dilengkapi pula dengan pendingin ruangan. Pendingin ruangan tersebut bekerja dengan cara mengalirkan air di dalamnya dan pada bagian atasnya diberi balok kayu sebagai dasar lantai.
Kaibon Banten ini memang memiliki arsitektur yang terbilang unik dan modern untuk zaman dulu karena sekeliling keraton terdapat saluran air yang membuat kita melihat seolah-olah keraton ini dibangun di atas air. Keraton ini juga memiliki nilai-nilai keislaman yang tinggi, terutama pada saat terlihat jelas bangunan berupa masjid yang terletak di sisi kanan gerbang. Pilarnya yang masih utuh serta mimbar yang masih berdiri kokoh di dalamnya memperlihatkan bahwa Kesultanan Banten pada Keraton Kaibon ini memang bernafaskan budaya dan agama Islam.












KERATON KAIBON
Region Banten Lama in Serang District has many historic relics, one of which is the palace Kaibon at Kampung Kroja, Kasunjatan, District Kasemen. The place is used as one of the heritage buildings Banten province with history in the form of the triumph of the Kingdom of Banten Lama.
Not everyone knows that there is a historical palace Kaibon Banten in Banten. Etymologically, the name is taken from the word Kaibon 'Kaibon' which means 'motherhood'. This palace was built specifically for the mother of Sultan Syaifuddin, namely Rati Aisha who was then regarded as a supervisor for the Sultan Syaifuddin still very young in holding the reins of government (ie, at the age of 5 years).
Banten Kaibon palace suffered destruction under Dutch rule in 1832, which along with the collapse of the palace Surosowan. This was triggered by the Governor General Daen Dels envoy named Du Puy to request an extension of the road construction project from Anyer to Panarukan to the Sultan Syaifuddin. However, Sultan Syaifuddin reject it and decided to cut off the head of Du Puy and submit it to the Governor Daen Dels. Seeing this, Daen Dels feel angry and intend to destroy the palace Kaibon.
Even so, the destruction done to the Palace Kaibon different from the destruction of the palace in the palace Kaibon Surosowan for the remaining gates and huge doors that were in the palace complex. It is then used as a historical tourist attraction that can be seen by visitors to the palace Kaibon. Inside the palace is still forming a large-sized door called Door Bugis Paduraksa. Rows of typical Banten temple is still visible in this area.
Kaibon palace was built facing west and the canals on the front. This channel that serves as a transport medium that connects with Kraton Kraton Kaibon Surosowan. At the front of the palace, there is a five-door meaningful number of prayers in a day. The gate has a characteristic of the present architecture of Java and Bali that is also called winged gate. The main room is a room-bedroom palace queen Ayesha built jutting into the ground and equipped with air conditioning. The air conditioner works by flowing water in it and at the top by a wooden beam as a base floor.
Banten Kaibon palace does have a fairly unique architecture and modern to ancient times around the palace because there are waterways that make us look as though the palace is built on water. This palace also has Islamic values ​​are high, especially when the building is clearly visible in the form of a mosque located on the right side of the gate. Pillars are still intact and the pulpit still standing in it shows that the Sultanate of Banten on Kaibon palace is indeed a breath of culture and Islamic religion

Rabu, 16 Desember 2015

PENGERTIAN ELLIPTICAL CONSTRUCTION
         
          Elliptical construction adalah gabungan dua kalimat yang berbeda subyeknya tetapi predikatnya sama, dan digunakan untuk menghindari pengulangan kata 
1.    Elliptical Construction Menggunakan So 
So digunakan untuk kalimat positif dan letaknya diawal kalimat
          Structure : So + Aux. + Subject
Contoh :
§I’m hungry and So is Rina
(Saya lapar dan begitu juga Rina)
§John can drive a car and So can Mary
(John bisa mengendarai mobil dan begitu juga Mary)
§Tom went to the party last night and So did Jane
(Tom pergi ke pesta malam lalu dan begitu juga Jane)
2.    Elliptical Construction Menggunakan Too
                    Too digunakan untuk kalimat positif dan letaknya diakhir kalimat
Structure : Subject + Aux. + Too
Contoh : 
§He must go home now and they must too
  (Dia harus pulang ke rumah sekarang dan mereka juga)
§Retno is busy and I’m too
  (Retno sibuk dan saya juga) 
3.    Elliptical Construction menggunakan Either 
                    Either digunakan untuk kalimat Negatif dan letaknya diakhir kalimat
Structure : Subject + Aux. + not + Either
Contoh :
§My sister doesn’t like horror films and I don’t either
  (Saudara perempuan saya tidak menyukai film horor dan saya juga tidak)
§Tati didn’t go to the movie last night and Budi didn’t either
  (Tati tidak pergi bioskop tadi malam dan Budi juga tidak)   
4.    Elliptical Construction menggunakan Neither
         Neither di gunakan untuk kalimat negatif dan letaknya diawal kalimat
         Contoh :
§ I didn’t come to the party last night and Neither did Rico
  (Saya tidak datang ke pesta tadi malam dan Rico juga tidak)
§ Sandra can’t finish the job and Neither can Betty
  (Sandra tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dan Betty juga tidak bisa)